Rabu, 18 Mei 2011

BUKAN MASALAH

|


Imel menghempaskan tubuhnya dengan lemas ke ranjang . Ia baru saja membaca berita tentang buku cerita serial faforitnya. “ Padahal aku sudah penasaran sekali!” gumamnya gemas.
“ Ada apa?” tegur Rama, kakanya.
“ Buku cerita yang ku tunggu-tunggu baru akan terbit tahun depan,” tuturnya kesal. “ Padahal uang tabungan ku sudah cukup untuk beli sekarang”
Rama tergelak. Diambilnya majalah adiknya, dan di bacanya berita di dalamnya sekilas. “ Lo, buku ini sudah ada, kok, di toko buku. Aku melihatnya kemarin” katanya heran.
“Bohong!” tukas Imel tak percaya. “ Majalah ini tidak mungkin salah, kak!”
Tetapi Rama yakin ia tidak salah melihat. Ia lalu mengajak Imel ke toko buku untuk membuktikannya sendiri. Imel pun berharap informasi di majalah itu keliru. Hatinya berdebar-debar saat mencari buku itu di rak buku. Betapa riang hatinya ketika benar-benar menemukan buku seri terbarunya itu.
“ Benarkan kataku?” Rama membusungkan dada.
Imel mengangguk-angguk senang. Di bukanya buku tebal itu untuk mengintip cerita di halaman pertama. Tapi dahi Imel berkerut.
“Kenapa?” Tanya Rama heran. Ia ikut memeriksa buku itu. “ Oh,,, ini buku aslinya yang berbahasa Inggris, “ ucapnya seolah tak ada masalah.
“Kak Rama, aku mau yang Bahasa Indonesia!” Imel mulai merajuk.
Rama menanyakan hal itu pada bagian informasi toko. Ternyata di majalah Imel benar. Edisi terjemahan baru akan terbit tahun depan.
“ Tidak usah kecewa,” hibur Rama sembari menyodorkan buku tebal lain berjudul “ Inggris-Indonesia kepada adiknya. Kamus.
Imel membeliak. “ Gak mau! Masa aku harus mengartikan sendiri buku setebal delapan ratus halaman lebih ini!” tolaknya kesal.
“ Sebaiknya kamu juga belajar Bahasa Inggris, “ Ujar Rama.
Imel merengut. Ia tak suka Bahasa Inggris. Tetapi, di rumah, Mama dan Papah menyambut gembira usul Rama. Imel malah di suruh ikiut kursus Bahasa Inggris. Imel menolak, dan siap-siap di marahin Mamah dan Papah. Namun ia keliru. Mama dan Papah tidak marah. Papahnya malah membelikannya sebuah buku cerita. Imel gembira sekali. Tapi… buku itu ternyata berbahasa Inggris.
“ Biar Rama yang membacakan dan menerjemahkannya ntuk mu, “ kata Papah ketika memberikan buku itu.
Imel tersenyum lebar ide yang begini baru ia suka.
Akan tetapi, baru beberapa menit Rama membaca, Imel sudah protes. Kakaknya itu membaca dengan lambat, Bahasa Inggris, lalu Indonesia. Begitu seterusnya, membuat Imel buinggung.
“ Kalau begitu, kamu baca sendiri saja, “ kata Rama jengkel. “ Pilih mana, mau tahu ceritanya sekarang, atau baca sendiri tahun depan???”
“ Membaca sendiri sekarang dan tahu artinya!” jawab Imel
Rama menggeleng-geleng kepala dengan gemas.
Imel akhirnya membawa buku itu ke rumah Rena, sahabatnya.
“ Ini buku mahal, kan?” serunya bersemangat.
Rena juga sudah membaca serialitu sebelumnya.
“Aku boleh pinjam lagi, kan???”
“ Aku sendiri belum membaca.”
Rena tercengang. “ Lo, kenapa???Kamu penasaran sekali, kan, ingin tahu ceritanya!!”
“ Tulisannya bahasa Inggris, sih!!”
“Lalu kenapa?? Kita kan sudah belajar di sekolah. Bahasa bukan masalah, Imel..” kata Rena. “ Nanti cerita itu keburu basi kalau kamu menunggu tahun depan.”
“ Basi?”
“ Iya,, Orang lain sudah tahu ceritanya, sementara kamu belum,” jelas Rena.
Imel tersentak. Ia tak mau ketinggalan. Akhirnya Imel mau ikut kursus. Dan ternyata sangat menyenangkan. Sebentar saja Imel sudah bisa membaca buku ceritanya dengan bantuan kamus. Walaupun masih sangat lambatr, tetapi lebih menyenangkan kalau membaca sendiri. Bahkan ia mulai melirik buku cerita berbahasa Inggris yang lain.
Karya Paramitha Wulandari
XI-IPS-2

Tidak ada komentar:

Posting Komentar